Senin, 03 Juli 2017

Bagaimana bila Istri menolak bekerjasama intim dengan Suami menurut Katolik !!!

Posted on Senin, 03 Juli 2017
Trinepinesin Blog | Kebahagiaan dalam membangun sebuah rumah tangga ialah saling mengerti antara keduabelah pihak pasangan. Tidak sedikit sebuah hubungan akan menjadi hancur jawaban saling masbodoh dan tidak perhatian lagi ketika sudah memiliki keturunan (anak). Dalam keyakinan Nasrani kita sebagai anak anak Yang Mahakuasa wajib saling menyayangi satu dengan lainnya , terutama bagi pasangan yang sudah menikah sebab mereka sudah menjadi satu atas dasar kepercayaan yang berpengaruh kepada Yang Mahakuasa Yesus.

Tergerak membuat artikel ini setelah beberapa menit yang lalu ada salah satu sahabat Facebook membagikan artikel perihal hubungan antara suami istri yang hancur jawaban istri sudah tidak harmis lagi dengan sang suami. Hal ini bukanlah hal yang harus disembunyikan bagi sahabat yang sudah menikah sebab sebuah Keluarga akan terbangun baik apabila saling mengoreksi diri untuk memperbaiki jikalau ada yang salah dalam sebuah hubungan.

Berikut ialah kesaksian atau pertanyaan yang sampaikan oleh Chrisantus Rudi dari Semarang  yang di tujukan kepada Alexander Erwin Santoso MSF.

"Romo Erwin yang terhormat , saya seorang suami. Usia komitmen nikah saya tujuh tahun. Sejak empat tahun lalu , ketika anak pertama kami lahir , istri menolak berafiliasi se*sual dengan saya. Saya sangat sedih dan kecewa , alasan penolakannya sebab lelah dan merasa sakit pasca persalinan. Saya tak percaya dengan alasan itu. Akhir-akhir ini saya erat dengan seorang perempuan , sahabat olahraga saya. Istri saya jarang berolahraga dan sering merasa tak sehat. Bagaimana kami bisa memperoleh kebahagiaan rumah tangga lagi ?"

Pertanyaan tersebut eksklusif dijawab secara tuntas dan mudah untuk di mengerti semua orang , berikut ialah jawaban daro Romo Erwin yang sangat membantu saya.

Bapak Rudi yang baik. Saya prihatin dengan pengalaman keluarga Bapak. Pengalaman se*sual ialah pengalaman asli dan natural dalam hidup perkawinan , sehingga jikalau pengalaman itu tak ada , maka perkawinan akan terganggu dan kesejahteraan akan berkurang , sebab pengalaman intim dihilangkan.

Saya mengajak kita semua membuka pikiran dan perasaan akan pentingnya kehidupan se*sual bagi setiap pribadi yang menikah. Mereka yang menikah membutuhkan pengalaman se*sual sepenting kebutuhan biologis lainnya. Jika ini tak ada , berarti ada sesuatu yang harus dipikirkan dan dibicarakan kedua pihak , sebab perkawinan pada hakikatnya ialah “mereka bukan lagi dua , melainkan satu daging (Bdk. Kej 2:24).

Kedagingan bukanlah dosa dalam perkawinan , sebab kesatuan badaniah ini justru menjadi hakikat pokok perkawinan. Mereka menikah sebab saling mencintai dan kesatuan fisik ini sebagai puncak komunikasi. Betapa bahagia jikalau suami-istri memperoleh pengalaman komunikasi puncak dengan kesatuan tubuh dalam persenggamaan yang penuh cinta.

Ketika hubungan se*sual tak ada , pasti sesuatu terjadi. Sesuatu itu tak boleh dianggap lumrah dan boleh terjadi. Jika hubungan se*sual tak terjadi sebab sakit yang diderita salah satu pihak , maka pihak yang lain harus menganggap pengalaman ini sebagai kedukaan atau sakit yang termasuk dalam janji perkawinan mereka. Akan tetapi jikalau bukan sebab sungguh-sungguh sakit , maka otomatis kekerabatan suami-istri dapat terganggu.

Gangguan bukan sebab kebutuhan saja , tapi harapan untuk bersatu itulah yang terganggu. Perkawinan ialah kesatuan antara cinta dan nafsu. Tanpa keduanya maka bukan perkawinan. Cinta tanpa nafsu ialah persahabatan , nafsu tanpa cinta ialah perkosaan , perzinahan , atau pelacuran.

Tuhan menganugerahkan kebutuhan bersatu dalam birahi para pasangan suami-istri (pasutri) dimaksudkan untuk menjamin kedekatan dan cinta kasih keduanya. Betapa bergunanya hubungan se*sual dalam semua seginya bagi pasutri.

Meski pasangan sering beralasan sakit , lelah , atau syok akan sesuatu , tapi keengganan berafiliasi se*sual tetaplah suatu masalah. Apalagi , Anda berdua masih muda dan dalam tahun-tahun perkawinan awal. Sangat tak wajar jikalau istri Anda mengatakan , tak bisa sebab rasa sakit. Jika benar sakit , maka ia harus berobat dan membuka pintu penyembuhan.

Kebutuhan Anda bukanlah suatu usulan bagi istri , melainkan suatu kewajiban bagi Anda dan istri untuk menunaikannya. Jika terlalu lama berhenti berafiliasi , maka hidup se*sualitas menjadi terguncang dan abnormal. Paling tidak , saya memperkirakan bahwa selama ini Anda melaksanakan masturbasi untuk mengganti kebutuhan se*sual terhadap istri.

Dalam kasus ini juga , malahan Anda mempunyai sahabat selingkuhan yang barangkali telah menjadi sahabat se*sual juga. Tentu ini salah dan berdosa. Kisah Anda menjadi bukti bahwa kurangnya hubungan se*sual bisa membawa dampak perselingkuhan yang parah , bahkan perceraian.

Bicaralah dengan pasangan perihal kemungkinan ini. Katakanlah dengan bahasa kasih , lapang dada , dan bahkan memohon pengertiannya semoga rumah tangga dapat dilanjutkan dengan normal. Jika perlu , berkonsultasilah dengan spesialis , dokter , atau psikolog yang dapat membantu Anda berdua. Semoga keadaan segera menjadi lebih baik. Yang Mahakuasa memberkati.

sumber : majalah.hidupkatolik.com

Semoga artikel ini bermanfaat buat sahabat semua dalam membangun senuah rumah tangga , Ikut sertakan Yang Mahakuasa dalam setiap dilema yang di alami supaya Yang Mahakuasa buka jalan bagi perkawinan sahabat. Sungguh sangat saya rasakan ketika kita sudah lebih intim bersekutu dengan Yang Mahakuasa maka Yang Mahakuasa juga akan lawat Keluarga kita dari banyak sekali dilema dan penyakit. Jangan berikan iblis masuk ke dalam kehidupan kita untuk merusak diri ataupun keluarga yang menjadi kebahagiaan kita ketika ini. Share artikel ini supaya menjadi berkat bagi Orang lain , Yang Mahakuasa Yesus Memberkati.